“kamu tau apa yang menyakitkan dari sebuah
percintaan?” kataku setelah membawakan makanan untuknya lalu berdiri di
hadapannya.
Dia hanya diam tak menjawab saat kutanyakan hal itu,
matanya hanya tertuju kearah makanan yang kuberikan.
“yang menyakitkan dari sebuah dari sebuah percintaan
adalah perpisahan” kataku lagi melanjutkan setelah dia hanya terdiam atas
pertanyaan yang kuajukan.
“namun, kamu tau apa yang lebih menyakitkan dari
perpisahan?” tanyaku lagi. Tiba-tiba gerakannya terhenti sejenak saat hendak
melahap makanan yang kuberikan tadi, matanya menatapku sekilas lalu balik
menunduk menatap makanan itu dan mulai melahapnya. Tak ada sepatah kata pun
yang keluar dari mulutnya, seakan pertanyaanku itu hanya angin lalu disela
rambutnya.
“yang lebih menyakitkan dari sebuah perpisahan
adalah kenangan” aku menjawab pertanyaan yang kuajukan sendiri. Dia sendiri
masih terlihat asyik dengan makanannya dan seolah terlihat tak mau peduli
dengan apa yang kukatakan, terlihat dari sikapnya tapi entah apa sama dengan yang
di hati dan pikirannya.
“karena kenangan itu datangnya seperti hujan, dia
bisa datang secara tiba-tiba dan begitu derasnya tanpa sanggup kita
menghentikannya. Tak ada yang bisa kita lakukan untuk menghentikannya, hanya
bisa membiarkannya jatuh dan luruh ke bumi seperti daun yang lepas dari
tangkainya lalu menunggunya terhenti dengan sendirinya. Sama halnya dengan
kenangan, hanya bisa kita tunggu hingga berhenti sendiri seperti tetes hujan
yang jatuh dari langit.” Kataku menjawab lagi pertanyaan yang aku tanyakan
sendiri.
Aku menghela nafas sejenak, aku tidak peduli dengan
sikap tak acuhnya itu yang jelas aku sekarang hanya ingin mengeluarkan semua
yang ingin ku katakan agar kelak tak ada lagi sesuatu yang mengganjal nantinya.
“kamu tau apa yang lebih indah dari bunga?”
“yang lebih indah dari bunga adalah peneriman.
Karena hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Kita juga harus bisa
mengerti, pengertian yang benar dan juga hidup harus memahami, pemahaman yang
tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian dan pemahaman itu datang.
Tak masalah meski kewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan seperti
itu terjadinya” kataku sambil menatap nanar kearahnya yang hanya tertunduk dan
masih sibuk dengan makanannya.
Aku tahu ini memang menyakitkan baginya, namun
seharusnya dia tahu bahwa aku pun menjadi orang yang tersakiti disini. Aku tahu
ini bukan hal yang dia inginkan, namun dia harusnya juga tahu aku pun sama halnya dengan
dia inginkan, tapi kenapa sekarang kenapa dia justru memperlakukan aku bahwa
semua kejadian ini akulah yang harus di salahkan.
Aku tahu setiap perpisahan tak pernah ada yang
baik-baik saja, karena sebaik apapun cara perpisahan itu pasti meninggalkan
luka untuk yang ditinggalkan maupun yang meninggalkan. Harusnya kamu tahu, perpisahan
ini pun bukan keinginanku juga namun kamu pun tahu aku tidak bisa melawan
kehendak ibuku yang tidak menginginkan dirimu. Aku memang sayang denganmu namun
rasa sayangku pada ibuku lebih besar. Bukan aku ingin menyakiti hatimu, jelas
bukan begitu maksudku tapi aku juga hanya akan membuat sedih ibuku jika tetap
mempertahankanmu. Ibuku permata hatiku dan aku tak mau merusak permata itu
dengan goresan perkataan atau perbuatan yang mampu memudarkan keindahannya.
Aku menatapnya yang masih menikmati makanan itu,
kupandangi sepuasnya walaupun aku tak akan
pernah bisa puas menatap wajah
lucunya itu. Aku berbalik membelakanginya lalu ku pakai helmku dan mulai
menyalakan motorku.
“maafkan aku harus melakukan ini, kamu boleh anggap
aku jahat atau apapun itu tapi yang harus kamu tahu bahwa aku tak akan
melupakanmu dan kau punya tempat tersendiri di dalam hatiku” kataku dan
menjalankan motorku meninggalkannya.
Kulihat dari spionku, dia hanya menatap kepergianku
dengan tatapan kesedihannya itu dan dia mulai berlari mengejar dan berteriak
memanggilku tapi aku tahu aku tak bisa berhenti apalagi berbalik.
Hatiku terasa remuk, namun aku hanya bisa berharap
dia memaafkan tindakanku ini dan berdoa semoga Tuhan memberikan pengganti yang
lebih baik dariku untuk dirinya.
“sekali lagi maafkan
aku Kucingku huhuhu…..”
No comments:
Post a Comment