Biar Tangan Yang Bercerita

Thursday, February 2, 2017

Antara aku, kamu dan ibuku

“kamu tau apa yang menyakitkan dari sebuah percintaan?” kataku setelah membawakan makanan untuknya lalu berdiri di hadapannya.
Dia hanya diam tak menjawab saat kutanyakan hal itu, matanya hanya tertuju kearah makanan yang kuberikan.

“yang menyakitkan dari sebuah dari sebuah percintaan adalah perpisahan” kataku lagi melanjutkan setelah dia hanya terdiam atas pertanyaan yang kuajukan.

“namun, kamu tau apa yang lebih menyakitkan dari perpisahan?” tanyaku lagi. Tiba-tiba gerakannya terhenti sejenak saat hendak melahap makanan yang kuberikan tadi, matanya menatapku sekilas lalu balik menunduk menatap makanan itu dan mulai melahapnya. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya, seakan pertanyaanku itu hanya angin lalu disela rambutnya.

“yang lebih menyakitkan dari sebuah perpisahan adalah kenangan” aku menjawab pertanyaan yang kuajukan sendiri. Dia sendiri masih terlihat asyik dengan makanannya dan seolah terlihat tak mau peduli dengan apa yang kukatakan, terlihat dari sikapnya tapi entah apa sama dengan yang di hati dan pikirannya.

“karena kenangan itu datangnya seperti hujan, dia bisa datang secara tiba-tiba dan begitu derasnya tanpa sanggup kita menghentikannya. Tak ada yang bisa kita lakukan untuk menghentikannya, hanya bisa membiarkannya jatuh dan luruh ke bumi seperti daun yang lepas dari tangkainya lalu menunggunya terhenti dengan sendirinya. Sama halnya dengan kenangan, hanya bisa kita tunggu hingga berhenti sendiri seperti tetes hujan yang jatuh dari langit.” Kataku menjawab lagi pertanyaan yang aku tanyakan sendiri.

Aku menghela nafas sejenak, aku tidak peduli dengan sikap tak acuhnya itu yang jelas aku sekarang hanya ingin mengeluarkan semua yang ingin ku katakan agar kelak tak ada lagi sesuatu yang mengganjal nantinya.

“kamu tau apa yang lebih indah dari bunga?”

“yang lebih indah dari bunga adalah peneriman. Karena hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Kita juga harus bisa mengerti, pengertian yang benar dan juga hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski kewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan seperti itu terjadinya” kataku sambil menatap nanar kearahnya yang hanya tertunduk dan masih sibuk dengan makanannya.

Aku tahu ini memang menyakitkan baginya, namun seharusnya dia tahu bahwa aku pun menjadi orang yang tersakiti disini. Aku tahu ini bukan hal yang dia inginkan, namun dia harusnya juga  tahu aku pun sama halnya  dengan  dia inginkan, tapi kenapa sekarang kenapa dia justru memperlakukan aku bahwa semua kejadian ini akulah yang harus di salahkan.

Aku tahu setiap perpisahan tak pernah ada yang baik-baik saja, karena sebaik apapun cara perpisahan itu pasti meninggalkan luka untuk yang ditinggalkan maupun yang meninggalkan. Harusnya kamu tahu, perpisahan ini pun bukan keinginanku juga namun kamu pun tahu aku tidak bisa melawan kehendak ibuku yang tidak menginginkan dirimu. Aku memang sayang denganmu namun rasa sayangku pada ibuku lebih besar. Bukan aku ingin menyakiti hatimu, jelas bukan begitu maksudku tapi aku juga hanya akan membuat sedih ibuku jika tetap mempertahankanmu. Ibuku permata hatiku dan aku tak mau merusak permata itu dengan goresan perkataan atau perbuatan yang mampu memudarkan keindahannya.

Aku menatapnya yang masih menikmati makanan itu, kupandangi sepuasnya walaupun aku tak akan 
pernah bisa puas menatap wajah lucunya itu. Aku berbalik membelakanginya lalu ku pakai helmku dan mulai menyalakan motorku.

“maafkan aku harus melakukan ini, kamu boleh anggap aku jahat atau apapun itu tapi yang harus kamu tahu bahwa aku tak akan melupakanmu dan kau punya tempat tersendiri di dalam hatiku” kataku dan menjalankan motorku meninggalkannya.
Kulihat dari spionku, dia hanya menatap kepergianku dengan tatapan kesedihannya itu dan dia mulai berlari mengejar dan berteriak memanggilku tapi aku tahu aku tak bisa berhenti apalagi berbalik.
Hatiku terasa remuk, namun aku hanya bisa berharap dia memaafkan tindakanku ini dan berdoa semoga Tuhan memberikan pengganti yang lebih baik dariku untuk dirinya.


“sekali lagi maafkan aku Kucingku huhuhu…..”


No comments:

Post a Comment