Aku terbangun karena
suara alarm dari handphone yang ada tepat di samping telingaku. Kumatikan alarm
lalu kupicingkan mataku untuk memastikan jam berapa saat ini.
Sudah jam setengah enam
rupanya, lalu kutulis pesan kepada pacarku,
Setelah mengirim pesan
itu, aku langsung beranjak dari kasurku menuju ke kamar mandi, karena aku hari
ini akan pergi mengikuti seminar di gedung MPR dengan teman-teman ku.
Setelah mandi dan
berpakaian rapi, aku bersiap pergi menuju ke kampus untuk berkumpul terlebih
dahulu agar berangkat bersama nantinya. Kulihat hape dan masih belum ada
balasan dari pacarku, mungkin dia masih kecapaian karena kemarin habis pergi
denganku.
Wajar pikirku, karena
memang kemarin kami habis pergi menonton film Habibie & Ainun yang sedang booming saat itu. Bukan masalah
menontonnya yang membuatnya kecapaian, tapi menurutku karena masalah tempatnya.
Kami menonton di daerah
BSD, yang masih di area dekat rumahku sedangkan rumahnya itu di daerah Bekasi,
yang bukan hanya tempatnya yang berbeda namun juga planetnya sudah berbeda
dengan kami orang bumi.
Saat pulangnya pun dia
tak mau di antar karena katanya akan pulang dengan kakaknya yang lagi ada di
daerah sekitar BSD juga, aku pun mengiyakan akhirnya.
Dia sampai rumah
sekitar jam 8 malam, lalu setelah itu kita telponan hingga tengah malam dan itu
pun terhenti karena entah aku atau dia yang tertidur.
Sesampainya di kampus,
sudah hampir datang semuanya total ada 5 motor dan tiap motor semuanya
berboncengan. Aku berboncengan dengan Andi, namun dia masih belum datang dengan
2 orang anak lainnya.
Aku lihat hapeku, masih
belum ada balasan dari pacarku. Tidak lama Andi dan dua temanku datang. Lalu
kita pun bersiap untuk berangkat, aku meminta andi untuk membawa motor karena
aku juga masih merasa sedikit lelah akibat kencan kemarin.
Kami mulai jalan
beriringan meninggalkan kampus. Kuambil hapeku, lalu kupasang headset dan
kusetel lagu dari playlist di hapeku sambil ku kirim pesan ke pacarku,
“Aku udah jalan nih ke seminar, kamu kalo udah bangun
langsung kabarin aku ya unch :*”
Di daerah Pondok Indah
kami berhenti di sebuah tambal ban, karena salah satu motor ada yang bocor
bannya. Lalu kurasakan hapeku bergetar, kulihat ada sms masuk dari pacarku,
“Fan, aku mau ngomong penting ama kamu” perasaanku tiba-tiba ngga enak, saat baca sms dari
dia yang terlihat memang serius sepertinya dan juga memanggil namaku langsung
bukan dengan sebutan sayang seperti
biasanya.
“serius amat unch kayanya, mau ngomong apa emang
sih?” balasku mencoba
terlihat biasa saja.
“Kita udahan aja ya fan, aku ga dibolehin pacaran
sama mama. Dia mau nyuruh aku fokus kuliah dulu” membaca balasannya membuat perutku rasanya seperti
di hantam dengan es balok.
“apaan sih sah, ngga seru ah bercandanya” aku mencoba tak menanggapi dengan serius isi
pesannya yang tadi.
“Ini serius fan, nanti aku jelasin lagi kalo kamu
udah selesai seminarnya. Aku juga mau nganterin mama belanja dulu.” Membaca balasan yang ini rasanya sekarang dadaku
yang di hantam es balok itu.
“jelasin sekarang aja deh sah, biar aku ngga
kepikiran” balasku coba sesantai
mungkin walaupun nyatanya tidak sesantai itu.
Saat ini perasaanku
bercampur aduk antara sedih, marah, gelisah, dan semua perasaan negative seakan
bercampur di dalam diriku ini.
Aku tahu memang Sasah, pacarku
ini belum memberi tahukan bahwa dia sudah berpacaran denganku. Namun setahuku
dari ceritanya, mamanya itu hanya tahunya bahwa sasah ini masih berpacaran
dengan mantannya, bukan melarangnya untuk berpacaran. Jelas bukan alasan yang
masuk akal seandainya dia bilang tidak diperbolehkan berpacaran dengan mamanya
itu, dan jelas itu membuat aku kepikiran.
Loh seandainya dengan
mantannya dulu boleh, kenapa denganku justru tidak? Tak masuk akal jelas
bagiku. Berbagai pikiran negatif mulai berputar di kepalaku tapi kutepis semua.
Aku hanya akan menerima penjelasan yang di utarakan oleh sasah nanti, begitu
pikirku.
Motor temanku sudah
selesai di tambal, dan kami bersiap untuk melanjutkan perjalanan lagi. Sasah
belum membalas juga pesan terakhir yang ku kirim kepadanya.
Aku meminta andi untuk
gantian membawa motor, karena pikirku dengan begitu bisa mengalihkan rasa
gelisahku ini. kupacu motorku dan mulai berjalan menuju tujuan kami.
Setengah jam kemudian,
kami sudah sampai di gedung MPR. Aku langsung turun dan melihat hape, tapi
belum ada balasan juga dari sasah. Aku coba hubungi tetapi hapenya justru tidak
aktif. Ah sial pikirku, kenapa harus ada kejadian seperti ini sih.
Aku sendiri masih tak
habis pikir dan masih butuh penjelasan atas semuanya. Ini jelas di luar logika
berpikirku, mungkin di luar logika orang cerdas sekalipun. Jelas baru kemarin,
bahkan masih jelas di ingatanku saat kepalanya bersandar di bahuku saat kita
menonton film dan semua masih terasa indah seakan tidak akan ada kejadian
apapun yang bisa menyebabkan rusaknya hubungan ini. Jelas baru semalam kami
bertukar cerita dan harapan lewat telepon hingga tertidur tanpa adanya
pertengkaran yang bisa menyebabkan putusnya hubungan ini.
Tapi sekarang apa? Ah
aku sendiri masih tak habis pikir dengan apa yang terjadi saat ini. Makin
kupikirkan justru makin memuncak rasanya emosiku ini, karena aku yakin
alasannya tak sesederhana itu hingga harus disudahi hubungan ini.
Seminar sudah di mulai,
dan sasah pun masih belum membalas pesanku. Ah terserah lah pikirku, makin
pusing rasanya jika makin kupikirkan. Kusimpan hapeku dan mulai fokus pada
seminar setelah ku kirim pesan sekali lagi kepadanya,
“setidaknya katakan, meski tak lewat ucapan. Agar
yang di dekatmu tahu apa yang kau rasakan. Jangan hanya diam, sebab diam adalah
cara terbaik untuk menyakiti seseorang.”
Bersambung…
No comments:
Post a Comment