Biar Tangan Yang Bercerita

Monday, April 10, 2017

Tulisan Pagi


Kejahatan tetap saja disebut kejahatan walaupun tujuannya untuk kebaikan. Ibarat kata, hitam sampai kapanpun tetap saja disebut hitam, tidak akan bisa disebut warna putih atau warna lainnya.

Hal ini mengingatkan akan cerita tentang salah satu Walisongo, yaitu Sunan Bonang yang saat  itu bertemu dengan seorang pencuri yang bernama Brandal Lokajaya. Brandal Lokajaya ini seperti Robin Hood, dia mencuri orang-orang kaya yang pelit dan kikir lalu membagikan seluruh hasil curiannya kepada orang-orang miskin.

Hingga suatu hari, Sunan Bonang berjalan seorang diri di tengah hutan. Dia berjalan menggunakan sebuah tongkat dari kuningan yang jika dilihat secara kasat mata tampak seperti sebuah tongkat yang terbuat dari emas, tapi sebenarnya itu hanyalah tongkat biasa.

Tergeraklah Brandal Lokajaya untuk mencuri tongkat itu, lalu dihadangnya sunan bonang dan dirampasnya tongkat itu hingga membuatnya tersungkur. Lalu setelah sadar itu hanya tongkat biasa maka dikembalikanlah tongkat itu ke sunan bonang yang terlihat mengeluarkan air mata.

brandal lokajaya heran melihat orang itu menangis. Ia segera mengulurkan kembali tongkat itu. "jangan menangis, aku kembalikan tongkatmu" kata brandal lokajaya.

lelaki itu menjawab "bukan tongkat ini yang aku tangisi" sembari memperlihatkan beberapa batang rumput di telapak tangannya. Ia berkata lagi "lihatlah, aku telah berbuat dosa dari kesia-siaan. rumput ini tercabut ketika aku jatuh tersungkur tadi"
"hanya beberapa lembar rumput. kau merasa berdosa?" tanya pencuri itu keheranan.

"ya memang berdosa, sebab aku telah mencabutnya tanpa suatu keperluan. tidak apa-apa andaikan rumput itu digunakan untuk makan ternak. namun apabila rumput ini untuk kesia-siaan, maka ini merupakan suatu dosa" jawab sunan bonang.

mendengar hal itu, pencuri itu agak tergetar atas jawaban yang mengandung nilai keimanan itu.

sunan bonang kemudian bertanya "anak muda, sesungguhnya apa yang kamu cari di hutan ini?"

"saya mengintai harta !" jawab brandal lokajaya

"untuk apa?"

"untuk saya berikan kepada fakir miskin dan penduduk yang kelaparan"

"hmm, sungguh mulia hatimu. sayang caramu keliru"

"orang tua, apa maksudmu?"

"boleh aku bertanya anak muda, jika kamu mencuci pakaianmu yang kotor dengan air kencing, apa tindakanmu itu benar?"

"sungguh perbuatan bodoh, hal itu hanya menambah kotor dan bau pakaian itu" jawab brandal lokajaya.

"demikian pula amal yang kamu lakukan. kamu bersedekah dengan barang yang di dapat secara haram. sebab, tindakan merampok dan mencuri sama halnya mencuci pakaian dengan air kencing" sunan bonang tersenyum.

Sunan Bonang melanjutkan perkataannya, "Allah itu adalah Dzat yang baik. Dia hanya menerima amal dari barang yang halal atau baik".

Akhirnya setelah itu, brandal lokajaya berguru pada sunan bonang dan menjadi muridnya yang nantinya dikenal dengan Sunan Kalijaga.

Dari cerita di atas dapat kita ambil pelajaran, bahwa niat yang baik sekalipun jika dilakukan dengan cara yang salah tetap saja itu menjadi sesuatu yang tidak baik. Karena ini bukan hanya perkara apa yang kita niatkan namun juga apa yang kita kerjakan. Jadi, selaraskan antara niat yang baik dengan perbuatan yang baik, jangan di campur aduk antara yang baik dengan yang buruk. 

Semoga mulai saat ini kita mulai berani untuk melakukan sesuatu yang baik sesuai dengan niat yang baik, karena dalam hidup kita, cuma satu yang kita punya, yaitu keberanian. Kalau tidak punya itu, lantas apa harga hidup kita ini?


No comments:

Post a Comment