Pada suatu waktu aku pernah dihadapkan
pada suatu keadaan dimana sempat membuat aku kehilangan kesehatan, keceriaan,
kebahagiaan dan cinta dalam hidupku. Suatu hari yang mana pernah membuatku
hampir menyerah pada saat itu yang menurutku merupakan sekejam-kejamnya takdir
yang pernah Tuhan berikan.
Hingga akhirnya aku masih bisa melewati
keadaan tersebut yang tak lain dan tak bukan yang aku yakini hal ini terjadi
karena adanya campur tangan Tuhan di dalamnya. Sejak saat itu berjanji kepada
kepada diri sendiri untuk tidak mengeluh lagi kepada Tuhan dalam keadaan sadar
terkait apapun yang dia berikan nanti dalam hidupku. Karena kurasa tidak ada
lagi keadaan yang layak aku keluhkan setelah semua yang kualami.
Lalu akupun berjanji kepada diri sendiri
untuk lebih rajin lagi beribadah kepadanya sebagai bentuk terima kasih atas
campur tangannya sehingga bisa membantuku bangkit dari keadaan dimana merupakan
titik terendah dalam hidupku.
Seiring berjalannya waktu aku menjadi
lebih giat beribadah kepada Tuhan dengan tujuan ini semua aku lakukan sebagai
bentuk terima kasihku kepada-Nya. Setelah selang beberapa waktu berjalan, aku
ternyata mengalami kejenuhan dalam beribadah. Aku berpikir mungkin ini karena
aku beribadah terlalu berlebihan sehingga yang muncul adalah kejenuhan dan atau
tujuan ibadahku yang sudah mulai tidak relevan.
Maka sejak itu aku mulai mencari apa
penyebab pasti dari kejenuhanku dalam berkomunikasi dengan Tuhan. Sampai suatu
saat aku dipertemukan dengan Emha Ainun Nadjib atau biasa dipanggil Cak Nun di
sebuah kegiatan yang bernama Kenduri Cinta. Dari sekian banyak nasihat yang dia
sampaikan ada satu yang mengena dihatiku dan seakan menjawab pertanyaan yang
selama ini menghantui pikiranku.
Cak Nun bilang, “beribadahlah kamu
kepada Tuhan dan tempatkan Tuhan itu adalah calon kekasihmu. Beribadah
kepadanya hanya dengan mengharapkan cinta darinya”. Aku langsung tersenyum dan
mengucap syukur karena seakan sudah menemukan jawaban atas apa yang menjadi
pertanyaannku selama ini.
Karena analoginya seperti ini, jika kau
ingin mendapatkan cinta dari calon kekasihmu maka kau akan melakukan apapun
untuk mendapatkan cintanya itu. Segala hal yang membuatnya senang akan kau
lakukan agar mendapat perhatian lebih darinya. Maka aku mencoba melakukan
pendekatan yang sama dengan Tuhan.
Aku beribadah kepada Tuhan dengan
melakukan hal-hal yang menurutku bisa membuat dia senang. Layaknya seorang
calon kekasih, dia pasti senang seandainya kita memenuhi janjinya untuk bertemu
dan lebih senang lagi seandainya kita bisa tepat waktu maka itu aku terapkan
pada ibadah sholat yang kulakukan.
Calon kekasih kita pasti selalu senang
jika sering kita ingat dan sering kita puji maka akupun mengaplikasikannya
dengan dzikir. Calon kekasih kita mempunyai suatu karya yang dia ciptakan dan pasti akan senang
seandainya karya tersebut kita hargai, kita jaga dan tidak kita hancurkan maka
seperti itulah aku memperlakukan sesama manusia. Maka untuk lebih jelas
bagaimana cara mencintai-Nya, maka Tuhan pun berkata “ Jika kamu mencintai-Ku
maka ikutilah Muhammad”.
Karena segala hal yang kita lakukan Tuhan menginginkan agar kita lakukan dengan
cinta. Di salah satu Kenduri Cinta, Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo pernah
hadir dan bilang seperti ini “Al-Qur’an itu jika diperas maka intisarinya akan
menghasilkan Al-Fatihah. Al-Fatihah jika diperas lagi maka intisarinya akan
menghasilkan Rahman dan Rahim, dan jika Rahman dan Rahim diperas lagi maka
intisari dari itu akan menghasilkan cinta”.
Cak Nun pernah berkata, “kebenaran itu
suatu yang sifatnya universal. Jika diibaratkan, kebenaran itu seperti sayuran mentah yang belum diolah. Ketika
sudah diolah maka itu namanya menjadi kebaikan,
ketika hasil olahan itu bisa dinikmati maka menjadi keindahan dan manakala hasil olahan yang bisa dinikmati itu bisa
disukai maka itu menjadi apa yang disebut cinta.
Maka puncak tertinggi dari itu semua adalah cinta.
Pada bagian ini maka bukan lagi surga
dan pahala yang aku harapkan dari Tuhan tapi cinta dan kasih sayang dari-Nya,
bukan pula dosa dan neraka yang aku takutkan tapi kehilangan cinta dan
menimbukan kemarahan-Nya sehingga tidak dipandang lagi aku sebagai salah satu
calon kekasih yang dianggap oleh-Nya. Dan seandaikan aku tidak mendapatkan itu
aku hanya berharap agar Tuhan tidak marah kepadaku. Karena siapa yang tidak
bersedih dan kalut hatinya jika calon kekasih yang dia idamkan justru marah
kepadanya.
Hingga sampai saat ini aku senang ketika
berada di lingkar maiyah, karena setiap hadir disitu aku selalu menemukan
formulasi baru untuk bisa mencintai Tuhan. Karena dengan berada di lingkar maiyah
itu aku bisa menemukan caraku untuk bercinta dengan Tuhan.
Hingga saat ini aku selalu berprasangka
yang baik terhadap Tuhan dan selalu mencoba untuk tidak memberi ruang kepada
prasangka buruk untuk ikut masuk ke dalam diriku. Hal ini kulakukan karena
Tuhan sendiri berkata “ Aku seperti apa yang hamba-Ku prasangka kan”. Mbok ya
kalau Tuhan sudah berkata seperti ini masa aku mau berprasangka yang
buruk-buruk kepada-Nya ya toh? Heuheueeu....
Tabik.
Wassalam.
No comments:
Post a Comment