Biar Tangan Yang Bercerita

Saturday, June 9, 2018

Menemukan Cinta di Maiyah



Pada suatu waktu aku pernah dihadapkan pada suatu keadaan dimana sempat membuat aku kehilangan kesehatan, keceriaan, kebahagiaan dan cinta dalam hidupku. Suatu hari yang mana pernah membuatku hampir menyerah pada saat itu yang menurutku merupakan sekejam-kejamnya takdir yang pernah Tuhan berikan.


Hingga akhirnya aku masih bisa melewati keadaan tersebut yang tak lain dan tak bukan yang aku yakini hal ini terjadi karena adanya campur tangan Tuhan di dalamnya. Sejak saat itu berjanji kepada kepada diri sendiri untuk tidak mengeluh lagi kepada Tuhan dalam keadaan sadar terkait apapun yang dia berikan nanti dalam hidupku. Karena kurasa tidak ada lagi keadaan yang layak aku keluhkan setelah semua yang kualami.

Lalu akupun berjanji kepada diri sendiri untuk lebih rajin lagi beribadah kepadanya sebagai bentuk terima kasih atas campur tangannya sehingga bisa membantuku bangkit dari keadaan dimana merupakan titik terendah dalam hidupku.

Seiring berjalannya waktu aku menjadi lebih giat beribadah kepada Tuhan dengan tujuan ini semua aku lakukan sebagai bentuk terima kasihku kepada-Nya. Setelah selang beberapa waktu berjalan, aku ternyata mengalami kejenuhan dalam beribadah. Aku berpikir mungkin ini karena aku beribadah terlalu berlebihan sehingga yang muncul adalah kejenuhan dan atau tujuan ibadahku yang sudah mulai tidak relevan.

Maka sejak itu aku mulai mencari apa penyebab pasti dari kejenuhanku dalam berkomunikasi dengan Tuhan. Sampai suatu saat aku dipertemukan dengan Emha Ainun Nadjib atau biasa dipanggil Cak Nun di sebuah kegiatan yang bernama Kenduri Cinta. Dari sekian banyak nasihat yang dia sampaikan ada satu yang mengena dihatiku dan seakan menjawab pertanyaan yang selama ini menghantui pikiranku.

Cak Nun bilang, “beribadahlah kamu kepada Tuhan dan tempatkan Tuhan itu adalah calon kekasihmu. Beribadah kepadanya hanya dengan mengharapkan cinta darinya”. Aku langsung tersenyum dan mengucap syukur karena seakan sudah menemukan jawaban atas apa yang menjadi pertanyaannku selama ini.

Karena analoginya seperti ini, jika kau ingin mendapatkan cinta dari calon kekasihmu maka kau akan melakukan apapun untuk mendapatkan cintanya itu. Segala hal yang membuatnya senang akan kau lakukan agar mendapat perhatian lebih darinya. Maka aku mencoba melakukan pendekatan yang sama dengan Tuhan.

Aku beribadah kepada Tuhan dengan melakukan hal-hal yang menurutku bisa membuat dia senang. Layaknya seorang calon kekasih, dia pasti senang seandainya kita memenuhi janjinya untuk bertemu dan lebih senang lagi seandainya kita bisa tepat waktu maka itu aku terapkan pada ibadah sholat yang kulakukan.

Calon kekasih kita pasti selalu senang jika sering kita ingat dan sering kita puji maka akupun mengaplikasikannya dengan dzikir. Calon kekasih kita mempunyai suatu karya  yang dia ciptakan dan pasti akan senang seandainya karya tersebut kita hargai, kita jaga dan tidak kita hancurkan maka seperti itulah aku memperlakukan sesama manusia. Maka untuk lebih jelas bagaimana cara mencintai-Nya, maka Tuhan pun berkata “ Jika kamu mencintai-Ku maka ikutilah Muhammad”.

Karena segala hal yang kita lakukan  Tuhan menginginkan agar kita lakukan dengan cinta. Di salah satu Kenduri Cinta, Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo pernah hadir dan bilang seperti ini “Al-Qur’an itu jika diperas maka intisarinya akan menghasilkan Al-Fatihah. Al-Fatihah jika diperas lagi maka intisarinya akan menghasilkan Rahman dan Rahim, dan jika Rahman dan Rahim diperas lagi maka intisari dari itu akan menghasilkan cinta”.

Cak Nun pernah berkata, “kebenaran itu suatu yang sifatnya universal. Jika diibaratkan, kebenaran itu seperti sayuran mentah yang belum diolah. Ketika sudah diolah maka itu namanya menjadi kebaikan, ketika hasil olahan itu bisa dinikmati maka menjadi keindahan dan manakala hasil olahan yang bisa dinikmati itu bisa disukai maka itu menjadi apa yang disebut cinta. Maka puncak tertinggi dari itu semua adalah cinta.
Pada bagian ini maka bukan lagi surga dan pahala yang aku harapkan dari Tuhan tapi cinta dan kasih sayang dari-Nya, bukan pula dosa dan neraka yang aku takutkan tapi kehilangan cinta dan menimbukan kemarahan-Nya sehingga tidak dipandang lagi aku sebagai salah satu calon kekasih yang dianggap oleh-Nya. Dan seandaikan aku tidak mendapatkan itu aku hanya berharap agar Tuhan tidak marah kepadaku. Karena siapa yang tidak bersedih dan kalut hatinya jika calon kekasih yang dia idamkan justru marah kepadanya.

Hingga sampai saat ini aku senang ketika berada di lingkar maiyah, karena setiap hadir disitu aku selalu menemukan formulasi baru untuk bisa mencintai Tuhan. Karena dengan berada di lingkar maiyah itu aku bisa menemukan caraku untuk bercinta dengan Tuhan.

Hingga saat ini aku selalu berprasangka yang baik terhadap Tuhan dan selalu mencoba untuk tidak memberi ruang kepada prasangka buruk untuk ikut masuk ke dalam diriku. Hal ini kulakukan karena Tuhan sendiri berkata “ Aku seperti apa yang hamba-Ku prasangka kan”. Mbok ya kalau Tuhan sudah berkata seperti ini masa aku mau berprasangka yang buruk-buruk kepada-Nya ya toh? Heuheueeu....

Tabik.
Wassalam.

No comments:

Post a Comment