Biar Tangan Yang Bercerita

Sunday, January 15, 2017

Digidaw Digidaw Aweuh Aweuh



Kuambil jaket yang menggantung di balik pintu kamar, kupakai topiku dan kuambil kunci motor yang tergeletak di meja belajar lalu berjalan keluar kamar. Kunyalakan motor lantas kutembus pekatnya malam agar dapat menyatu dengan pekatnya pikiranku saat ini. Aku sendiri tidak tahu entah pekat karena apa pikiranku, entah karena rindu, entah karena pilu, entah karena benci, atau kesimpulan dari semua itu yaitu kamu? Entahlah aku pun tak mau tahu dan memikirkannya, karena tanpa memikirkannya saja itu terus datang menghantam kepalaku, terus menerus seakan tak mau terputus.

Kuarahkan motorku ke salah satu angkringan di dekat sebuah kampus swasta. Kupesan nasi bakar isi teri, tiga sate kulit dan susu jahe panas. Tak terlalu ramai suasana malam itu, di angkringan ini hanya ada sekelompok mahasiswa yang sedang bersenda gurau dan sepasang kekasih yang tampak asyik dengan canda tawanya.
Kubenarkan letak topiku lantas kupandang langit yang gelap dan tak terlihat satupun bintang yang biasa menemaninya, mungkin itu sebabnya dia terlihat sendu malam ini. Aku tersenyum,lantas ku keluarkan hapeku lalu kutulis apa yang terlintas di kepalaku :

Malam ini kulihat langit terlihat sendu
Kupikir dia sedang rindu
Karena bintangnya sedang cuti dulu
Kasihan pikirku…

Malam ini pun aku sedang duduk termangu
Sebabnya itu kupikir kamu
Karena sudah resign dari hatiku
Kasihan diriku…

Pesananku akhirnya datang lalu ku mulai memaksakan menyantap makanan ini walaupun sebenarnya sedang tidak ada rasa lapar sama sekali di diriku tapi aku harus tetap makan, karena hanya segelas kopi yang mengisi perut ini sejak pagi tadi. 
Benar kata orang, senikmat apapun makananmu tetap akan terasa hambar jika sedang patah hatimu. Sungguh aku tidak suka dengan keadaan ini, karena aku jadi tidak bisa menikmati makanan yang kumakan seperti saat ini.
Selesai makan aku lantas bergegas untuk pulang ke rumah karena sudah mulai turun gerimis, beruntung pikirku karena setelah aku sampai rumah hujan turun dengan derasnya. Ku cuci muka dan kaki ku lalu pergi ke kamar dan langsung rebah di kasurku.
Aku belum tidur dari semalam, ya semalam saat kau akhiri hubungan kita, ya saat kau bilang lelah dengan semua, ya saat kau bilang hatimu sangat terluka, dan ya saat aku hanya menjawab “iya” tanpa banyak kata dan tanpa tanda baca.
Kuambil hape lalu kuputar musik berharap bisa mengantarku tidur. Mulutku ikut bersenandung menyanyikan lagu yang sedang di putar tapi pikiranku hanya berkutat tentang kamu. Sungguh sangat kontras antara lirik yang kunyanyikan dengan apa yang kupikirkan, karena lagu di hapeku semuanya berisi lagu punk yang mana liriknya tentang kemanusiaan atau kritik terhadap pemerintahan bukan tentang cinta-cintaan.
Kutepis segala hal dipikiranku yang berkaitan tentang kamu, dengan memikirkan hal lain walau kadang malah kembali memikirkan kamu. Aku coba mengalihkan pikiranku dengan memikirkan nasib bangsa ini, demokrasi di negeri ini, falsafah dasar bangsa, ideology Negara, filsafat penciptaan manusia, hingga pertumbuhan ekonomi rakyat Cina yang akhirnya membawaku terlelap setelah memikirkan itu semua.

No comments:

Post a Comment