Biar Tangan Yang Bercerita

Wednesday, June 28, 2017

Penerimaan Yang Indah




Entah kenapa masih banyak yang beranggapan bahwa masa lalu dengan seseorang adalah kenangan yang selalu menyakitkan dan menyedihkan dan harus dibuang jauh ke tempat tak bertuan. Seakan semuanya itu merupakan segala sesuatu yang harus di lupakan dan dikubur dalam-dalam agar tak mengganggu kehidupan dan bahagia yang kini coba kita bangun dan kita ciptakan.


Bahkan apa saja dilakukan agar kalo bisa tidak berhubungan lagi dengan orang yang pernah menjadi masa lalunya. Nah, terkait masalah ini gua punya cerita yang berhubungan dengan ini. Di kampus, gua punya teman sekumpulan yang terdiri dari beberapa cabe perempuan dan beberapa cowo dan sisanya bagian dari keduanya. Kelompok kita merupakan campuran dari dua fakultas, yaitu yang cewenya dan satu cowo dari fakultas pendidikan dan yang cowo dan campuran keduanya dari fakultas agama islam. Lalu akhirnya para cabe alay ini pun memberi nama kelompok ini dengan sebutan Little Monkey Modus alias LMM.

Kita bisa ketemu karena ikut dalam satu organisasi kampus yang sama lalu di pertemukan dalam sebuah kegiatan yang membuat kita akhirnya bisa berkumpul seperti sekarang. Karena sering bersama ini akhirnya timbulah benih-benih penyakit yang di sebut cinta, dan akhirnya beberapa dari kita saling menjalin kasih antara yang satu dengan yang lainnya ada juga yang suka tapi cuma di pendam dalam hati , tapi ngga ada satupun dari kita yang berhasil dalam hubungan tersebut. Mungkin memang menjadi sahabat adalah yang terbaik bagi kita semua.

Tapi ini bukan mau ngobrolin tentang LMM, tapi kali ini gua mau cerita tentang salah satu pasangan yang ada di dalam LMM ini. Kisah salah satu pasangan legendaris yang namanya tercatat dalam sejarah kampus ini. mereka berdua merupakan anggota dari LMM, keduanya berasal dari fakultas pendidikan.

Mereka menjadi kekasih memang bukan karena LMM tapi mereka berdua bisa disebut salah satu dari founding fathers dari LMM. Kisah percintaan mereka berjalan cukup lama sekitar 4 tahun, dan harus berakhir dikarenakan pertarungan kekuatan antara cinta dan ego harus di menangkan oleh sang ego. Walau sesudahnya sang pria masih mencoba beberapa kali untuk mengajak kembali berjuang tapi sayangnya bagi sang wanita perasaannya sudah jauh dia buang. Hingga akhirnya sang wanita menemukan tempat baru untuk bersandar, lalu sang pria akhirnya sadar dan perlahan mundur lalu menghindar.

Apakah si wanita jahat? Engga, karena baginya jika tetap bertahan hanya akan menimbulkan luka yang berulang lalu membuatnya jatuh kembali ke lubang kesedihan. Baginya tidak melanjutkan adalah keputusan yang tepat, dan dia harap sang pria bisa bertemu orang baru yang membuatnya lebih bahagia dan dia pun berharap hal yang sama untuk dirinya.

Selang waktu berjalan, sang pria akhirnya menemukan tambatan baru untuk hatinya. Namun, sayangnya sang wanita harus merasakan patah lagi hatinya untuk kesekian kalinya dengan pria yang berbeda. Seakan dunia berputar, dimana sang pria saat ini berada di posisi paling atas dan sang wanita jatuh hingga ke bagian yang paling bawah.

Ternyata melihat sang pria yang pernah bahagia bersamanya kini merasakan hal yang sama dengan perempuan lainnya membuat hatinya sakit. Padahal saat dia berpisah dulu dan berharap hal tersebut untuk sang lelaki dia yakin bahwa jika itu terjadi rasanya tidak akan semenyakitkan  seperti saat ini. Untuk tidak memperparah luka di hatinya, segala hal tentang si pria dia buang jauh-jauh. Mulai dari membuang semua barang-barang yang pernah diberikan padanya, memblokir segala akun media sosial dari sang pria yang terhubung dengannya, hingga akhirnya berimbas pada LMM, yang mana si perempuan tak ingin agar sang pria ini dilibatkan lagi dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan LMM. Bahkan dia sempat menegur salah satu anggota LMM yang memasukan sang pria ke dalam grup chat di salah satu media sosial.

Di sisi lain bagi si pria, sejak harapannya di patahkan oleh sang wanita jelas kesedihan mendalam harus dia rasakan. Bagi sang pria, kekalahannya bukan karena sang wanita pergi, tapi ketidakmampuannya untuk membuatnya bertahan. Hingga sang pria berfikir, bahwa diantara mereka berdua, entah dia atau sang wanita, barangkali akan ada yang menua dengan satu nama yang menolak terhapus dari ingatan masing-masing. Setiap harinya selalu dipenuhi dengan kenangan dan ingatan dengan sang wanita. Hingga tiba ketika malam yang begitu sepi baginya. Satu persatu kenangan kembali dia ingat, dan sang pria tersenyum ketika giliran sang wanita lewat.
Benci?
Rasa sayangnya masih lebih besar dari benci yang kerap hadir walau hanya sebentar.

Sering rindu menghentak masuk ke dalam hati si pria, dan sering pula sang pria ingin menemui sang perempuan. Entah itu di antara pergeseran angin, atau di sela basah garis hujan. Di ruang yang di sisakan embun atau di sudut hati yang tak ada. Terkadang singgah di pikiran sang pria untuk mengajak sang perempuan untuk tidur bersama di bawah bintang-bintang, hingga segala sesuatu akan terlihat jauh oleh si perempuan kecuali dirinya. Terpikir oleh sang pria untuk menyapa sang perempuan lewat pesan, tapi akhirnya dia sadar. Mendoakannya adalah cara paling benar.

Sang pria akhirnya sadar, bahwa hidup harus terus berjalan dan dia harus berjuang untuk masa depan calon pasangannya. Beberapa perempuan sempat mencoba singgah dalam hatinya, namun dia belum menemukan yang tepat untuk menemukan pengganti ruang kosong di hatinya. Beberapa dari mereka datang hanya untuk sekedar mengusir rasa bosan dan penasaran, sang pria hanya membiarkannya berlalu begitu saja karena ia sedang malas berkawan dengan harapan.

Sang pria menempatkan dirinya seperti susunan kursi di kedai kopi, dia adalah kursi paling pojok sekali; hanya seseorang dengan alasan yang pasti yang akan menempati. Hingga akhirnya datang lagi seorang perempuan yang pernah singgah di awal-awal ia sakit hati, lalu perempuan itu datang dan berkata,
 “bila seribu perempuan tak lagi menyenangkan kamu seperti sebelum kamu mengenal aku, haruskah aku jelaskan siapa aku seharusnya dalam hidupmu?

Dan perlahan sang pria akhirnya membiarkan perempuan itu untuk masuk dalam pintu hati yang sebelumnya dikunci rapat olehnya. Dibiarkannya sang perempuan untuk menata kembali hatinya yang sudah luluh lantah berantakan, hingga akhirnya sang perempuan itu mampu menyembuhkan lukanya secara perlahan. Tak mudah memang bagi perempuan itu, tapi rasa sayangnya yang menguatkannya untuk tetap bertahan. Hingga kini sang pria akhirnya mampu membuat bahagianya yang baru dengan perempuan itu.


Lalu bagaimana dengan perempuan yang pernah membuatnya patah dan kalah dahulu? Sang pria tak pernah melupakan bahkan mencoba menjauhkan segala ingatan tentang itu. Tapi bukan berarti sang pria masih belum bisa berpaling dari perempuan itu, hanya saja dia melakukannya dengan cara yang berbeda yang saat mengingat itu bukan kesedihan yang dia rasakan tapi kebahagiaan yang dia dapatkan.

Karena cara sang pria adalah bukan dengan meratapi tentang masa lalu menyenangkan yang tak mungkin bisa dia ulangi lagi tapi dengan bersyukur bahwa dia pernah merasakan kebahagiaan di masa lalunya yang pernah terjadi. Sang pria akhirnya bisa menemukan itu setelah melalui penerimaan yang indah, pengertian yang benar dan pemahaman yang tulus.

Rumah , 28 Juni 2017


5:33 PM




No comments:

Post a Comment